Terlalu Berharap Bisa Bikin Nggak Bahagia, Mau yang Realistis Aja? Ini Tipsnya!

Nesia Amarasthi
Terlalu Berharap Bisa Bikin Nggak Bahagia, Mau yang Realistis Aja? Ini Tipsnya!

Tak jarang, berharap bisa bikin lebih optimis. Tak sedikit pula karena terlalu berharap hingga lupa dengan apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan. Itu artinya, meskipun susah untuk nggak berharap maka tetap berpijak di atas kenyataan adalah hal paling realistis.

Harapan seringkali tumbuh terlalu besar, berbunga dan inginnya berbuah bahagia. Leon F. Seltzer, Ph.D di Psychology Today mengatakan, ada dua macam harapan. Harapan baik dan harapan itu buruk, lantas apakah berharap bisa bikin nggak bahagia?

Seltzer mengutip satu pikiran filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche. Katanya, harapan pada kenyataannya adalah yang terburuk dari semua kejahatan karena itu memperpanjang siksaan manusia. Diluar pernyataan tersebut, kalau kamu berharap terlalu besar pada orang lain atau sesuatu diluar dirimu bisa membuat kamu bahagia. Maka pikirkan ulang dan refleksikan beberapa hal di bawah ini yuk.

Berpijak pada harapan dan nggak punya perencanaan akan jauh dari realistis

Perhitungan dan perencanaan yang rasional serta logis diperlukan untuk tetap hidup realistis. Kalau berharap hubungan asmara bisa bahagia dan kamu nggak mengusahakan apapun untuk meraihnya, artinya kamu kurang realistis.

Banyak orang bilang kalau cinta itu nggak rasional dan nggak logis. Tetapi mengekspresikan cinta dalam praktik keseharian membutuhkan hal-hal yang realistis lho. Kamu dan kekasih merencanakan jadwal kencan seminggu sekali disamping kesibukan personal, realistis ‘kan? Atau kamu dan kekasih membuat kesepakatan lain agar nggak merugikan satu sama lain, ini juga sangat logis.

Semakin besar harapan semakin besar pula kekecewaan

Seltzer memberi saran agar harapan dengan hasil yang membahagiakan perlu antisipasi. Jangan sampai harapan tumbuh terlalu besar. Harapan yang terlalu besar bisa menghalangi kita dalam mempersiapkan diri secara memadai untuk menerima hasil terburuk. Sebaik-baiknya berharap, paling baik adalah mampu mempersiapkan diri ketika mengalami kenyataan yang nggak menyenangkan.

Berpikir fleksibel dan berpandangan ke depan

Memiliki pikiran yang fleksibel akan lebih disukai dibanding berpikir kaku. Artinya, berpikir realistis akan lebih bermanfaat daripada bergantung pada harapan.

Banyak kenyataan di luar diri yang nggak bisa dikendalikan. Misalnya situasi pandemi yang membatasi jumlah pertemuan atau perlu melakukan banyak syarat yang mengecilkan kesempatan untuk berdua bersama kekasih. Kalau masih tetap berharap, berkeras hati dan memaksa selalu bertemu, justru membahayakan kesehatan kamu dan dia ‘kan? Lebih lanjut, diperlukan penyikapan dan penyesuaian biar bisa sejalan dengan apa yang dicita-citakan berdua.

Gimana harapanmu dalam hubungan asmara? Jangan sampai harapanmu bikin putus asa, pesimis dan kecewa apalagi patah hati ya.

LATEST ARTICLE