Cara Menjelaskan Pada Anak Tentang Situasi Buruk, Perlu Lebih Bijak Ya

Nesia Amarasthi
Cara Menjelaskan Pada Anak Tentang Situasi Buruk, Perlu Lebih Bijak Ya

Ada hal-hal yang muncul tanpa direncanakan. Meski sebenarnya bencana alam dan pandemi bersifat ilmiah, tetapi menjelaskan pada anak perlu beberapa cara. Pun dengan masalah yang dialami keluarga, anak perlu diberi pengertian agar membuatnya bisa berpikir mandiri dan memposisikan diri.

Bagaimana cara menjelaskan pada anak tentang situasi buruk? Begini tipsnya agar lebih bijak!

Menyetarakan bahasa

Anak memiliki cara berpikir yang masih butuh diasah. Berbeda dengan orang tua yang telah menjalani berbagai pengalaman dan memiliki banyak kosakata. Pertama, untuk mengkomunikasikan situasi buruk adalah dengan menyetarakan bahasa.

Ketahui dulu sebatas apa pengetahuannya tentang situasi yang dialami. Pantik buah hati untuk berpikir secara rasional dan menangkap apa-apa saja yang dilihatnya. Misalnya, perlunya memakai masker saat keluar rumah. Mengapa harus memakai masker, sering mencuci tangan, jaga jarak aman dan apa itu Covid-19 tentu akan membutuhkan dialog panjang dengan anak. Dengan perlahan, sesuaikan bahasa dengan pemahaman anak.

Mencoba mengayomi

Untuk mengurangi risiko stres atau bahkan post traumatic syndrome orang yang lebih dewasa perlu mengayomi anak-anak. Apalagi buah hati belum tahu apa yang harus dilakukan dan baiknya tidak dilakukan. Artinya, berikan pemahaman dan buat ia merasa aman.

Pakai sumber informasi yang terpercaya

Ada banyak sekali versi tentang situasi buruk yang dialami. Tentang bencana, pandemi, kematian atau peristiwa lain yang tidak menyenangkan bisa dijelaskan lewat sumber yang terpercaya. Saat menjelaskan pada anak, orang tua perlu menggali informasi dahulu. Setidaknya memiliki referensi yang dapat dipercaya.

Beri tahu cara bersikap

Kemungkinan besar, anak belum tahu bagaimana perasaannya sendiri. Terlebih lagi, ia belum bisa merespon situasi buruk dengan cara bersikap yang tepat. Maka, orang tua perlu memberitahu caranya bersikap.

Misalnya, jika ada kerabat atau saudara yang meninggal karena bencana. Orang tua perlu menjelaskan sebijak-bijaknya tentang situasi tersebut. Hindari cara yang bisa memicu perasaan anak meletup dan tak terkontrol.

Hindari stigma

Dalam kasus yang tersebar, stigma akan mengekor di belakangnya. Seperti stigma yang melekat pada survivor Covid-19. Stigma untuk menjaga jarak dan tetap menjaga diri dengan antivirus itu memang benar. Tetapi menjaga jarak kultural atau jarak budaya, ini adalah stigma.

Untuk mengetahui kejernihan anak dalam berpikir dan meluruskan pengaruh stigma, ajaklah anak mengobrol dari hati ke hati. Bersihkan cara berpikirnya yang keruh karena penilaian buruk atau hal lain yang membuatnya bersikap tidak tepat.

Parents, sudah pernah mengobrol dengan anak tentang situasi buruk? Cara apa yang telah dilakukan untuk memberikan pemahaman pada buah hati tentang hal tersebut? Tetaplah bersikap bijak dan mengayomi buah hati ya.

LATEST ARTICLE