Penting! Ini 7 Tanda Toxic Parents yang Sering Tidak Disadari

Nesia Amarasthi
Penting! Ini 7 Tanda Toxic Parents yang Sering Tidak Disadari

Setiap keluarga mempunyai cara berbeda-beda untuk mendidik buah hatinya. Mulai dari menjunjung tinggi kedisiplinan hingga mempraktikan nilai-nilai budaya. Namun, diantara cara pola asuh anak, ada toxic parents yang efeknya nggak baik untuk psikologis si anak.

Bagaimana tanda-tanda toxic parents yang seringkali nggak disadari atau dikenali? Ini yang paling penting untuk diberhatikan!

Terlalu disiplin

Kedisiplinan memanag perlu diajarkan sejak anak usia dini. Namun, berdasarkan pengalaman banyak orang, kedisiplinan paling tepat diajarkan lewat kebiasaan. Kebiasaan diajarkan tidak dengan menegur keras agar anak berlaku disiplin.

Karena, teguran yang sering dilontarkan kepada anak bisa memengaruhi rasa percaya diri anak. Anak semakin nggak percaya diri karena ia takut ditegur atau disalahkan.

Overprotektif

Melindungi anak memang perlu, tetapi jika ‘terlalu’ maka hasilnya juga nggak akan maksimal. Anak mengalami perkembangan, baik melalui cara berpikir, potensi, dan minat. Nah, jika overprotektif dan terlalu mengatur kehendak atau keinginan anak, maka ia akan merasa terbatasi.

Membanding-bandingkan

Setiap anak memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda-beda. Itu artinya, membandingkan anak dengan anak lain akan berefek negatif. Justru dengan membebaskan dan mengajarkan tanggung jawab atas pilihannya sendiri membuat anak lebih berkembang dan kreatif lho.

Orang tua yang pesimis

Orang yang pesimis sering berkecil hati dan tidak percaya diri. Jadi, perlu kiranya menjadi orang tua yang percaya diri dan tidak menyalahkan diri sendiri atas pilihan yang dilakukan.

Misalnya, orang tua yang merasa nggak bisa memenuhi kebutuhan anak, tidak memfasilitasi anak atau tidak mempunyai fisik yang menarik dan lain sebagainya anak menjadi contoh yang buruk buat anak.

Jadi, percaya diri dan mensyukuri apa yang dimiliki akan lebih maksimal kok hasilnya.

Memarahi anak di depan orang lain

Nah, memarahi anak di depan orang lain bisa mengecilkan hati si anak dan harga dirinya lho. Memang perlu diingatkan ketika anak melakukan kekeliruan. Tetapi tidak dengan memarahinya di ruang publik ya. Ingatkan dengan cara berbicara dan mengarahkan agar tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Memberi kritik terus menerus

Sama halnya dengan overprotektif, memberi kritik terus menerus seolah semua pilihan anak salah dan tidak sesuai dengan harapan orang tua. Padahal, anak bisa merasa sedih jika kritikan datang bertubi-tubi. Kritik yang datang berkali-kali juga membatasi kreativitas, imajinasi, dan proses eksplorasi anak.

Orang tua bukan pendengar yang baik

Karena merasa lebih banyak pengalaman, kadang orang lupa untuk menjadi pendengar yang baik. Semua orang harus mengikuti apapun perintahnya dan ia yang punya otoritas tunggal atas seluruh anggota keluarga. Pada banyak kasus, anak jadi tertekan jika mempunyai orang tua bukan pendengar yang baik.

 

LATEST ARTICLE